Kamis, 21 April 2016

NIKMAT IMAN DAN ISLAM


Khutbah Pertama:
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا، وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ  [آل عمران: 102].
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا  [النساء: 1].
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا (70) يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا  [الأحزاب: 70، 71].
أَمَّا بَعْدُ:
فَإِنَّ أَصْدَقَ الحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ – صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -، وَشَرَّ الأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ، وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ.

ثُمَّ أَمَّا بَعْدُ:

Kaum Muslimin rahimakumullah,
Khatib mewasiatkan kepada diri khatib pribadi dan jamaah sekalian agar senantiasa bertakwa kepada Allah Ta’ala, melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Bertakwa dengan cara menaati-Nya bukan berbuat maksiat kepada-Nya, mensyukuri nikmat-Nya bukan malah mengkufurinya, dan selalu mengingat-Nya bukan melupakan-Nya.

Segala puji bagi-Nya Rabb semesta alam, yang telah mengaruniakan berbagai kenikmatan yang tak terhingga. Shalawat dan salam bagi penghulu para rasul, kekasih dan penyejuk hati kita, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, juga kepada keluarga dan sahabat-sahabatnya, serta pengikutnya hingga akhir zaman.

Kaum Muslimin rahimakumullah,                  
Bila kita memahami bahwa Alláhu Ta’âla telah mengharamkan surga bagi orang yang meninggal dalam keadaan kufur terhadap-Nya, maka pasti kita memahami pula bahwa kenikmatan yang paling besar dalam hidup ini adalah nikmat Al Islâm…

Karenanya, Rasûlullâh berdoa

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ، ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ.
, Yâ Allâh yang Maha membolak-balikan hati, tetapkanlah hatiku ini di atas agama-Mu…

Hari ini kita dapat melihat, berbagai perkara negatif yang tersebar luas, baik berupa syubbuhat ataupun syahawat, yang mana semua itu dapat memalingkan seseorang dari agamanya. 

Salah satu hadits yang menggambarkan era penuh fitnah di akhir zaman tampaknya sangat sesuai dengan kondisi dunia dewasa ini. Di dalamnya Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa pada masa itu sulit sekali menemukan orang yang istiqomah.


بَادِرُوا فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا وَيُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنْ الدُّنْيَا
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Bersegeralah beramal sebelum datangnya rangkaian fitnah seperti sepenggalan malam yang gelap gulita, seorang laki-laki di waktu pagi mukmin dan di waktu sore telah kafir, dan di waktu sore beriman dan pagi menjadi kafir, ia menjual agamanya dengan kesenangan dunia.” (HR. Ahmad No. 8493)

Sikap tidak istiqomah kata Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam disebabkan karena orang pada masa itu lebih mengutamakan kepentingan atau kemaslahatan dunia daripada memelihara keutuhan dien-nya (agama) alias imannya. Orang seperti ini telah tenggelam ke dalam faham bahkan ideologi materialisme.
Berdasarkan hadits ini pula kita dapat menyimpulkan bahwa seseorang yang telah mengucapkan dua kalimat syahadat atau mengaku muslim haruslah bersikap sangat waspada ketika ia menjalani era penuh fitnah di Akhir Zaman ini.

Ia harus memahami bahwa bentuk pelanggaran terhadap Allah dapat berakibat kepada dua macam akibat.
Pertama, ada yang berakibat seseorang menjadi berdosa, namun di mata Allah dosanya itu tidak menyebabkan dirinya keluar dari Islam. Artinya Allah masih tetap mengakui eksistensi iman pelaku dosa tersebut. Ia masih tetap dipandang sebagai seorang muslim atau seorang yang beriman.
Namun yang kedua, ada pula jenis dosa yang tidak saja pelakunya dipandang telah bermaksiat kepada Allah, tetapi bahkan mengakibatkan pelakunya tidak lagi dipandang masih beriman di mata Allah. Artinya perbuatan dosa yang dilakukannya telah membatalkan imannya. Allah menilai pelaku dosa tersebut telah keluar dari Islam
Inilah yang sangat perlu kita khawatirkan.
Dan hadits di atas jelas mengindikasikan fenomena ini. Jadi, di era penuh fitnah , kita akan dengan mudah melihat adanya orang-orang yang di pagi hari masih beriman, namun karena satu dan lain hal, tiba-tiba di waktu sore ia telah menjadi kafir, keluar imannya. Demikian pula ada mereka yang di waktu sore masih beriman, namun entah apa yang terjadi di malam harinya, tiba-tiba keesokan paginya ia telah menjadi kafir.


Kaum Muslimin rahimakumullah,
Tapi Allah yg Maha Tinggi, apabila Allah menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya, maka diwafatkan ianya dalam Islam… Dan setiap perkara yang diambil dari diri kita pasti ada gantinya… Kecuali agama ini Al Islam…
Allah ta’ala berfirman,
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ
“Dan barangsiapa mencari agama selain agama Islam, dia tidak akan diterima.” (QS. Ali ‘Imran/3:85).
Jadikanlah hati kita gembira tatkala kita menyembah Allah!          
Jadilah orang yang berbahagia saat melaksanakan ketaatan terhadap-Nya dan Marilah kita senantiasa berbahagia atas kenikmatan ini.
Hendaknya kita merasa bahagia saat Allâh menakdirkan kita untuk tetap berada di atas ketaatan terhadap-Nya… Karena kita tidak pernah tahu sampai kapan kita akan berada di atas Islam…

Pertanyaannya Bagaimana kita tahu bahwa kita masih (tetap) di atas Islam?
Ialah apabila kita merasa gembira tatkala kita mentaati Allah.
merasa gembira saat menunaikan perintahNYA
Janganlah melakukan sesuatu ibadah itu semata2 utk menyelesaikannya. Tapi lakukanlah sesuatu ketaatan utk mendekatkan diri kpd Allah.
Allah tidak dimudaratkan oleh kemaksiatan kita. Tapi kitalah yang binasa apabila kita melakukan maksiat.
Dan mati di dalam keadaan Islam dalam keadaan apa pun, jauh lebih baik daripada mati di dalam kekufuran.
Sebagaimana disebut dlm doa para shalihin, “Ya Allah sesungguhnya aku mencintaimu walaupun aku bermaksiat kepadaMu”

Dan seorang sahabat yg mulia Amru ibn al-Ash tatkala hampir waktu kewafatannya berkata,  “Ya Allah, aku bukanlah seorang yg lepas (dari dosa) maka aku memohon pengampunan,”
dan bukanlah aku org yg kuat (dlm beribadah), maka aku memohon pertolongan, dan tiada bantuan & kekuatan kecuali dgn (pertolongan) Allah”

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ.


أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ الله الْعَظِيْمَ ، لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ



Khutbah Kedua:


اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا لِلْإِيمَانِ، وَجَعَلَنَا مِنْ أُمَّةِ خَيْرِ الأَنَامِ، وَكَرَّهَ إِلَيْنَا الكُفْرَ وَالفُسُوْقَ وَالعِصْيَانَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الوَاحِدُ الديَّان، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ وَلَدِ عَدْنَانِ، خَيْرُ مَنْ صَلَّى وَصَامَ، وَحَجَّ البَيْتَ الحَرَامَ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَعَلَى آلِهِ، وَرَضِيَ اللهُ عَنِ الصَّحَابَةِ الكِرَامِ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ.

أَمَّا بَعْدُ .. فَيَا عِبَادَ اللهِ:



Kaum Muslimin rahimakumullah,
Inilah yg kita harapkan. Mereka yg apabila Allah inginkan kebaikan untuk mereka, mereka ditetapkan & dimatikan di atas islam,
& tidak ada kegembiraan yg lebih besar bagi seorang hamba selain kegembiraannya terhadap Islam.


Dan seorang hamba itu mestilah bersyukur kpd Allah karena menjadikannya seorang Muslim.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَوَصَّى بِهَآإِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبَ يَابَنِيَّ إِنَّ اللهَ اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ فَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
Dan (Nabi) Ibrahim telah berwasiat dengan wasiat tersebut kepada anak-anaknya, demikian pula (Nabi) Ya’qub. (Nabi Ibrahim berkata), “Wahai anak-anakku, sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagi kalian, maka janganlah kalian mati, kecuali dalam keadaan memeluk agama Islam.” (Al-Baqarah: 132)
Terakhir untuk bahan renungan…..
Apabila Allah telah menetapkan bagi kita utk sholat Subuh berjamaah; setelah kita keluar dr Masjid, hadirkanlah perasaan gembira, karena bahwasanya Allah dgn rahmatNya telah membagunkan kita dr tmpt tidur kita dan menyebabkan kita berdiri dihadapanNya & membawa kita bergerak menuju rumahNya

Kita semua dgn rahmat Allah …. Telah dilahirkan Muslim, yakni Allah memberi kita Islam tanpa kita memintanya.
Maka dari itu semoga saja Allah mengurniakan kpd kita syurga , tatkala kita memintanya
أَيْ رَبِّ وَعِزَّتِكَ لاَيَسْمَعُ بِهَا أَحَدٌ إِلاَّ دَخَلَهَا
“Demi kemahamuliaan-Mu, tidaklah seorang pun yang mendengar tentang surga kecuali ia ingin masuk ke dalamnya.” (HR. Abu Dawud dan at-Tirmidzi).
Demikianlah khutbah yang singkat ini , semoga dapat bermanfaat bagi khatib pribadi dan jama’ah  jum’at sekalian agar selalu dicintai Allah dan ditetapkan akhir hidup kita diatas iman dan islam dan Kita semua berlindung kepada Allah dari perbuatan dosa, baik yang menyebabkan diri kita dipandang “sekadar” bermaksiat kepada Allah, apalagi yang sampai menyebabkan diri kita tidak lagi dipandang Allah masih merupakan seorang beriman. Na’udzubillahi min dzaalika.



أَلَا وَصَلُّوْا وَسَلِّمُوْا عَلَى الهَادِيِ البَشِيْرِ، وِالسِّرَاجِ المُنِيْرِ فِي يَوْمِكُمْ هَذَا خَاصَّةً، وَفِيْ سَائِرِ أَيَّامِكُمْ عَامَّةً، اِمْتِثَالاً لِأَمْرِ اللهِ تَعَالَى القَائِلُ:  إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا  [الأحزاب: 56].
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ فِي العَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الكُفْرَ وَالكَافِرِيْنَ، اَللَّهُمَّ انْصُرْ دِيْنَكَ وَكِتَابَكَ وَسُنَّةَ نَبِيِّكَ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – وَعِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ.
اَللَّهُمَّ انْصُرْ إِخْوَانَنا المُسْلِمِيْنَ فِي كُلِّ مَكَانٍ، اَللَّهُمَّ كُنْ لَهُمْ مُعِيْنًا وَنَصِيْرًا، وَمُؤَيِّدًا وَظَهِيْرًا.
اَللَّهُمَّ آمِنَّا فِي الْأَوْطَانِ والدُّوَرِ، وَأَصْلِحْ الأَئِمَّةَ وَوُلَاةَ الأُمُوْرِ، اَللَّهُمَّ وَفِّقْهُمْ لِمَا فِيْهِ صَلَاحُ البِلَادِ وَالعِبَادِ، وَارْزُقْهُمْ البِطَانَةَ الصَالِحَةَ، وَاجْعَلْ وِلَايَتَنَا فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ، وَعَمِلَ بِرِضَاكَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا لِمَا تُحِبُّ وَتَرْضَى، وَخُذْ بِنَاصِيَتِهِ لِلْبرِّ وَالتَّقْوَى، اَللَّهُمَّ ارْزُقْهُ القَوْلَ السَدِيْدَ، وَالعَمَلَ الرَّشِيْدَ.
اَللَّهُمَّ انْصُرْ إِخْوَانَنَا المُسْتَضْعَفِيْنَ وَالمُجَاهِدِيْنَ فِي سَبِيْلِكَ، وَالمُرَابِطِيْنَ فِي الثُّغُوْرِ، وَحُمَاةَ الحُدُوْدِ، وَارَبِطْ عَلَى قُلُوْبِهِمْ، وَثَبِّتْ أَقْدَامَهُمْ، وَاخْذُلْ عَدُوَّهُمْ وَاهْزِمْهُمْ شَرَّ هَزِيْمَةٍ.
اَللَّهُمَّ مُنْزِلَ الكِتَابِ، وَمُجْرِيَ السَّحَابِ، هَازِمَ الأَحْزَابِ، اِهْزِمْ أَعْدَاءَ الدِّيْنَ وَزَلْزِلْهُمْ، وَأَلِّقِ الرُّعْبَ فِي قُلُوْبِهِمْ، وَخَالِفْ بَيْنَ كَلِمَتِهِمْ، وَاجْعَلْ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ شَدِيْدًا.
اَللَّهُمَّ عَلَيْكَ بِكُلِّ طَاغِيَةٍ جَبَّارٍ عَنِيْدٍ يَصُدُّ عَنْ سَبِيْلِكَ، وَيُعَادِيْ أَوْلِيَاءَكَ يَا قَوِيُّ يَا عَزِيْزُ.
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ إِيْمَانًا لَا يَرْتَدْ، وَنَعِيْمًا لَا يَنْفَدْ، وَمُرَافَقَةَ مُحَمَّدٍ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – فِي أَعْلَى جَنَّةِ الخُلْدِ.
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِن الفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ.
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ  [آل عمران: 8].
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ.